“Aku tidak bisa hidup tanpanya.” “Aku tidak berharga kalau tidak dengan dia.” “Kehilangan dia sama dengan kehilangan separuh hidupku.”
Hai, Socconians!
Ekspresi cinta tersebut tampak romantis, bukan? Namun, perlu diwaspadai, ya. Bisa saja kita mengalami ketergantungan emosional pada pasangan kita. Hal ini disebabkan karena ungkapan tersebut akan tertanam dalam diri dan menimbulkan kepercayaan bahwa pasangan adalah sumber kebahagiaan diri. Pengorbanan untuk cinta memang lumrah terjadi bagi pasangan kekasih yang sedang jatuh cinta. Namun, jika pengorbanan tersebut membuat kita kehilangan diri sendiri demi kebahagiaan pasangan, saat inilah kita perlu menyadari sesuatu. Bahwa sesungguhnya, kita telah membuat diri kita dan pasangan menjadi saling tergantung satu sama lain. Nah, kali ini Social Connect ingin berbagi sedikit pengetahuan mengenai apa itu ketergantungan emosional dalam relasi romantis. Yuk, kita simak!
Ketergantungan emosional sesungguhnya merupakan kebutuhan akan kasih sayang yang sangat tinggi yang dirasakan seseorang kepada pasangannya. Seseorang dengan ketergantungan emosional memiliki ketakutan akan perpisahan, sehingga hal ini memberikan efek buruk pada ikatan emosional, membuat mereka menjadi rapuh, dan mengganggu kesehatan mental mereka. Ketakutan seseorang akan perpisahan ini membuat mereka bertahan dalam hubungan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, mengorbankan keinginan, dan kebutuhan pribadi. Hal tersebut mengarah pada terkikisnya kualitas hidup seseorang. Pasangan yang memiliki ketergantungan emosional memiliki karakteristik sebagai berikut:
Ketergantungan emosional dalam relasi romantis sangat berbahaya bagi kesehatan mental seseorang, ya, Socconians! Terutama apabila seseorang tidak mampu mengenali permasalahannya. Berikut ini dampak dari ketergantungan emosional pada pasangan:
Hilangnya keberhargaan diri
Saat seseorang menjadi terlalu bergantung pada pasangan, mereka akan melakukan segala hal untuk pasangan dengan kehilangan diri sendiri. Seseorang menjadi tidak aman secara emosional dan menjadi tidak percaya diri. Mereka percaya bahwa kebahagiaan hanya didapatkan dari pasangan, sehingga kehilangan pasangan akan menjadi kerugian yang sangat besar bagi seseorang.
Isolasi diri dan ketidakmampuan bersosialisasi
Seseorang yang menghabiskan banyak waktunya untuk pasangan cenderung mengisolasi dirinya dan kurang interaksi dengan orang lain. Hal ini juga dapat meningkatkan kritik diri dan secara perlahan dapat merusak kepercayaan diri seseorang, terutama dalam bersosialisasi.
Menjadi korban kekerasan fisik dan psikologis
Seseorang yang menginvestasikan energi dan kasih sayang kepada pasangan lebih rentan menjadi korban kekerasan dalam relasi romantis. Hal ini disebabkan karena anggapan pasangan bahwa diri kita sosok yang lemah dan sangat bergantung sehingga mudah bagi dirinya untuk melakukan kekerasan, berbohong, dan bertindak seenaknya.
Terganggunya kesejahteraan psikologis
Ketergantungan emosional tidak hanya paradigma dalam pemikiran saja, melainkan bentuk dari gangguan kesehatan mental. Seseorang yang telah bergantung pada orang lain akan mengalami gangguan dysphoric moods yang ditandai dengan perubahan mood yang tidak dapat diprediksi dan sulit untuk diatasi. Tak jarang, mereka juga akan mengalami gangguan mood seperti depresi, stres, kecemasan, perasaan bersalah yang sangat tinggi, kehampaan, dan kesepian.
Setelah membaca pemaparan di atas, tentu kita perlu semakin waspada pada diri sendiri ya, Socconians! Pastikan Socconians sudah memiliki cinta yang penuh pada diri sendiri sebelum menjalin relasi romantis sehingga kita tidak perlu menggantungkan kebahagiaan pada pasangan. Kita juga tidak perlu mengorbankan kebahagiaan kita demi membuat pasangan bahagia apalagi hingga mengakibatkan kehilangan diri sendiri. Namun, apabila Socconians memang membutuhkan bantuan profesional, tidak perlu merasa ragu dan sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog, ya!
Nama Penulis
[Lucia Citra Pertiwi, S.Psi]
Review Tata Bahasa
[Lailatul Qomariah]
Sumber Tulisan